Kamis, 22 Januari 2009

‘Holocaust’ dan Gaza

GAZA (Arrahmah.com) - Keturunan Yahudi yang selamat dari 'holocaust' pada perang dunia II, kini mereka melakukan hal yang serupa kepada penduduk Palestina di Jalur Gaza.

Membangun dinding dan pagar kawat seakan-akan seluruh penduduk berada di penjara

Pos pemeriksaan menjadikan manusia tidak bebas bergerak

Penangkapan

Penghancuran rumah dan gedung-gedung

Nasib anak-anak dan apa yang dilakukan anak-anak di kubu musuh

Mesin propaganda klasik, kalian akan menemukan foto hitam putih di semua buku-buku sejarah, ensiklopedi, perpustakaan dan museum-museum. Foto yang melukiskan seorang anak laki-laki Yahudi dengan tangan di atas ketika tentara Nazi menodongkan senjata ke arahnya dan keluarganya. Ini dilakukan untuk membuat kalian bersimpati dengan para korban dan mendukung keinginan mereka untuk mendapatkan keadilan dan tanah air mereka.

Israel mempraktekkan hal yang serupa

(Hanin Mazaya/Arrahmah.Com)

Ribuan Penduduk Gaza Merayakan Kemenangan


Hari Selasa, ribuan orang Palestina berkumpul dan melakukan long march di kota Gaza, merayakan kemenangan atas agresi Israel, yang berlangsung tiga pekan, dan telah menghancurkan bangunan, dan mengakibatkan syahidnya hampir 1500 muslim Gaza, dan ribuan lainnya luka-luka.

Hamas menyerukan kepada seluruh penduduk di kota Gaza menggelar aksi usai selepas shalat zhuhur. Aksi itu sebagai bentuk dukungan para pejuang Palestina yang dengan berani menghadapi agressor Zionis-Israel.

Aksi long march itu dimulai dari Gedung UNRWA menuju sekolah Fakhoura di kamp Jabalia di sebelah utara Gaza, di mana telah terjadi pembantaian yang dilakukan Zionis-Israel, yang mengakibatkan syahidnya 45 muslim Gaza, dan 150 lainnya luka-luka. Tempat penampungan pengungsi dan sekolah itu hancur akibat pemboman yang dilakukan Israel.

Long march itu berhenti di depan rumah Dr.Nizar Rayyan, tokoh Hamas yang telah syahid beserta seluruh keluarga, diantraranya 4 istrinya dan 9 anaknya ikut syahid, akibat pemboman Israel. Dalam aksi sejumlah pemimpin Hamas ikut ambil bagian, mereka berjalan kaki dari kota Gaza berkeliling ke kamp Khan Yunis, Rafah, Deir al-Balah, Nussseirat dan Breij. Para peserta long march itu membawa bendera hijau, yang menjadi lambng Hamas.

Sementara itu, juru bicara Brigade al-Qassam dalam konferensi persnya, menyatakan, selama agresi militer Zionis-Israel ke Gaza, berhasil menewaskan 80 tentara Israel, dan ratusan lainnya yang luka. Brigade al-Qassam telah menembakkan missil ke Sderot 213 kali. Brigade al-Qassam menegaskan perang yang berlangsung di Gaza itu, behasil pula menghancurkan 47 tank Merkava, yang menjadi kebanggaan Israel, puluhan bulldozer, dan menjatuhkan empat helicopter Apache milik Israel.

Di tempat terpisah di Beirut, perwakilan Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, menegaskan bahwa tidak ada lagi dialog nasional dengan Otoritas Palestina atau al-Fatah, yang dipimpin Mahmud Abbas. Rekonsiliasi nasional dan pemerintahan persatuan sudah tamat. Karena, pemerintahan Otoritas Palestina, yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas, ikut berkomplot dengan Israel yang melakukan agresi ke Gaza.

Di bagian lain, tokoh Hamas, yang berada di Kairo Bardaweel, menuduh aparat intelijen Otoritas Palestina berkomplot dengan intelijen Israel (Shin Bet) untuk melakukan pembunuhan tokoh-tokoh Hamas, seperti Nizar Rayya dan Said Siyam. Para intelijen Otoritas Palestina itu,ikut operasi dengan dinas intelijen Israel (Shin Bet) melakukan pembunuhan tokoh-tokoh Hamas, dan memberikan informasi tempat tinggal para tokoh Hamas. Pernyataan Bardaweel ini berdasarkan pengakuan orang-orang yang menjadi anggota intelijen Otoritas Palestina yang berhasil ditangkap pasukan Hamas. (m/fic)

Beda Pendapat, Pertemuan Kuwait Soal Gaza Buntu


Meski menyatakan komitmennya untuk memberikan bantuan penuh pada warga Gaza, negara-negara Arab gagal mencapai kesepakatan tentang mekanisme bantuan untuk merekonstruksi Gaza. Mereka berbeda pendapat soal bagaimana penyaluran bantuan untuk rakyat Palestina itu.

Sejumlah negara antara lain Arab Saudi dan Mesir tidak terlalu setuju jika bantuan disalurkan lewat Hamas. Kedua negara itu masih berpikiran bahwa Suriah dan Iran memanfaatkan Hamas untuk mengganggu stabilitas di kawasan dan memberikan peluang bagi Iran untuk melakukan penetrasi ke jazirah Arab.

Sejumlah negara menginginkan pendekatan tegas dan sebagian lagi menginginkan pendekatan yang lunak. Negara-negara seperti Qatar dan Suriah menginginkan Liga Arab bersikap tegas pada Israel, tapi Saudi dan Mesir beranggapan bahwa akar konflik antara Israel-Hamas karena ada campur tangan Iran.

"Kami tidak mencapai kata sepakat karena hambatan waktu dan sikap dari beberapa negara. Nampaknya semua pihak harus membuat konsesi demi rekonsiliasi Arab ... berbagai upaya dilakukan untuk mencapai kesatuan sikap itu," kata Hoshyar Zebari, menlu Irak di sela-sela pertemuan negara-negara Arab di Kuwait.

Negara-negara Arab menyatakan akan menyediakan dana sebesar 2 milyar dollar untuk keperluan rekonstruksi di Jalur Gaza. Berbeda dengan pertemuan di Kuwait, dalam pertemuan di Doha yang diboikot oleh Mesir dan Saudi, negara-negara Arab mendesak agar hubungan dengan Israel dikaji ulang dan menyatakan menunda inisiatif perdamaian Arab dengan Israel.

Dalam pertemuan di Kuwait, para pemimpin Arab juga masih beda pendapat untuk menentukan sejumlah resolusi dari pertemuan itu, termasuk tentang dukungan pada Mahmud Abbas, presiden Palestina dari Fatah. Sehingga mereka terpaksa menunda rapat terakhir untuk menentukan hasil pertemuan Kuwait karena masih ada perbedaan pandangan bagaimana sikap Arab terhadap Israel. (ln/aljz/aby)

Obama Berjanji Pada Ummat Islam Sedunia?

WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden Amerika ke-44 dan presiden pertama dari kulit hitam, Barack Obama, Selasa (20/1) mengatakan akan memulai hubungan baik dengan muslim sedunia dan akan mengubah Amerika.

“Untuk seluruh muslim sedunia, kita akan mencari jalan yang baru, berdasarkan rasa hormat dan perhatian,” ujar Obama dalam pidato pelantikannya.

Hubungan Amerika dan Muslim sedunia mengalami peningkatan ketegangan selama delapan tahun ini, saat Bush menjabat sebagai Presiden AS.

Ummat Islam sedunia sangat marah dengan kebijakan yang dibuat oleh Bush, yang dia sebut sebagai “perang melawan terror” yang terlihat pada invasi yang AS lakukan di dua negeri muslim : Irak dan Afghanistan.

Sejatinya, apa yang dilakukan Bush adalah perang terhadap Islam. Dengan sesuka hatinya, AS menangkapi saudara-saudara muslim kita di Afghanistan dan Irak tanpa alasan yang jelas dan menjebloskannya ke Guantanamo, penjara yang terkenal seperti neraka di dunia. Banyak di antara mereka yang telah bertahun-tahun tidak juga diadili, hanya melalui hari-hari dengan penuh siksaan dan tidak pernah tahu akan berakhir kapan.

Kebijakan yang dibuat Bush, sungguh akan menjadi boomerang bagi Amerika. Karena publik di dunia memiliki mata dan melihat dengan jelas, siapa teroris sebenarnya. Isu “anti-amerika” telah berhembus kencang di setiap pelosok bumi.

“Kita akan meninggalkan Irak, membiarkan mereka mengatur sendiri negaranya dan akan mengusahakan “perdamaian” di Afghanistan,” ujar Obama.

Bukankah berarti, Obama bermaksud memindahkan perang dari Irak ke Afghanistan? Lihatlah kebodohan-kebodohan yang dilakukan tentara AS selama ini. Mereka sama saja dengan tentara zionis Israel yang senang membunuh warga sipil. Selama AS menduduki Afghanistan, ribuan warga sipil Afghan dan Pakistan (perbatasan) menjadi korban bombardir mereka. Dengan dalih memerangi Taliban, mereka membunuh warga sipil sesuka mereka. Lalu mereka meminta maaf karena salah sasaran, begitu seterusnya. Tahun lalu, lebih dari 2.000 penduduk Afghanistan menjadi korban serangan tentara kafir AS.

Bagaimana mau memperbaiki hubungan dengan dunia Islam, jika selama 23 hari agresi biadab yang dilakukan zionis Israel, Obama hanya berdiam diri dan bersembunyi di balik argumentasinya sendiri yang mengatakan bahwa ia tidak akan berkomentar sebelum dilantik sebagai Presidn AS.

Saudaraku, sungguh, Obama tidak akan membawa pengaruh apa-apa terhadap dunia Islam. Obama tak ada bedanya dengan pemimpin-pemimpin Amerika Serikat terdahulu, yang bengis, kejam, dan berusaha menghancurkan Islam. Karena mereka tidak akan pernah rela, Islam berjaya di bumi Allah ini. AllahuAkbar! (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Operasi Militer Mujahidin Afghanistan Menghancurkan Tentara Kafir

FGHANISTAN (Arrahmah.com) - Ringkasan operasi militer mujahidin Imarah Islam Afghanistan di bawah ini, dilakukan pada tanggal 20 dan 21 Januari.

Rabu pagi sekitar pukul 8.10 waktu setempat, Mujahid dari Provinsi Herat, Muhammad Dawad Herati melakukan aksi bom syahid dengan target konvoi tentara kafir Amerika dan tentara boneka Afghan di dekat bandara Herat, Provinsi Herat. Dalam serangan enam tentara kafir Amerika dan 13 tentara boneka tewas, satu tank dan dua kendaraan militer hancur.

Selasa malam sekitar pukul 8.15 waktu setempat, mujahidin menyerang konvoi tentara boneka Afghanistan di daerah Shnigomnda, Kandahar, dalam serangan dua kendaraan militer mereka hancur dan 9 tentara boneka tewas bersamaan dengan hancurnya kendaraan mereka.

Selasa malam sekitar pukul 9.10 waktu setempat, mujahidin meledakan satu tank milik tentara kafir Inggris di daerah Doska, distrik Musa Kala, Provinsi Helmand. Satu tank hancur serta menewaskan seluruh tentara teroris di dalamnya, jumlahnya tidak kami ketahui.

Selasa sore sekitar pukul 6.10, mujahidin menyerang konvoi tentara boneka Afghan di daerah Momen Khan, distrik Nawa, Provinsi Baghlan. Dalam serangan, sebuah kendaraan militer hancur dan 3 tentara boneka tewas seketika, dua lainnya mengalami luka-luka. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Suplai AS dan NATO Selalu Diserang, Mereka Meminta Dukungan Tajikistan

TAJIKISTAN (Arrahmah.com) - Tentara kafir AS dan NATO melakukan diskusi dengan Tajikistan mengenai rute suplai untuk tentara AS dan NATO di Afghanistan.

"Pembicaraan dilakukan dengan AS dan NATO," ujar Menteri Luar Negeri Tajikistan, Khamrokhon Zafiri saat konferensi pers.

"Tajikistan memungkinkan untuk dilewati oleh kendaraan yang mengangkut suplai AS dan NATO karena di Tajikistan terdapat enam jembatan yang menghubungkan Afghan dan Tajik," dia menambahkan.

Sampai saat ini belum ada penandatanganan apapun, baru sebatas diskusi, tetapi negara-negara Eropa dan Amerika serikat telah mengajukan proposal kepada Menteri Luar Negeri Tajikistan. (Hanin Mazaya/arrahmah)

Dokter Yordania: 90% Korban Akibat Bom Phosphor

Tim dokter dari Yordania yang kembali dari Jalur Gaza, melakukan konferensi pers, dan menjelaskan, bahwa 90% korban yang luka dan meninggal akibat bom phosphor putih yang digunakan oleh tentara Israel dalam perang yang lalu. Anggota tim dokter Yordania, lebih lanjut menegaskan, padahal menurut konvensi Jenewa bom phosphor putih, termasuk jenis senjata yang dilarang untuk digunakan dalam perang. Maka, Zionis-Israel sudah melanggar arbitrasi internasional, dan melakukan kejahatan perang.

Pernyataan tim dokter Yordania yang menegaskan penggunaan senjata phosphor putih yang dilarang oleh konvensi Jenewa itu, dibenarkan oleh ahli kesehatan dari Norwegia, yang sudah bertugas di Afghanistan, Lebanon, dan terakhir di Gaza. Dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan dari Norwegia itu, menunjukkan Israel, menggunakan jenis senjata yang bukan konvensional, dan senjata yang dilarang oleh konvensi internasional. Dokter dari Yordania itu, juga menyebutkan bahwa ahli kesehatan dari Norwegia itu telah mengambil contoh dari korban yang berada di rumah-rumah sakit, yang akan menjadi dokumen, serta bukti-bukti akan adanya pelanggaran dan kejahatan perang yang dilakukan Israel di Gaza.

Sementara itu, tim doker dari Yordania telah mengumpulkan sejumlah contoh dari rumah-rumah sakit yang ada di Gaza, dan dari diagnose itu, memang membuktikan tentara Zionis-Israel telah menggunakan phosphor putih dalam perang di Gaza. Dari luka-luka korban yang diakibatkan oleh bom phosphor putih itu sudah dibuktikan oleh tim dokter Yordania. Dr.Zuhair Abu Fares, Kepala Kerjasama Dokter, mengirimkan tim delegasi ke Gaza,yang ketiga kalinya, guna menyelidiki lebih jauh akibat perang yang terjadi di Gaza, serta penggunaan senjata kimia, serta jenis senjata lainnya dalam perang.

“Kemarin, kami melihat di jalan, dan di tempat lainnya, adanya bukti-bukti phosphor putih”, ujar Christopher Cobb-Smith. “Phosphor putih itu tidak pernah digunakan di wilayah penduduk sipil”, tambahnya. Amnesty Internasional, yang melakukan kunjungan ke Gaza, dan mendatangi rumah-rumah penduduk, dan menemukan bukti-bukti adanya penggunaan senjata bom phosphor putih. Israel menurut para ahli hukum, yang melakukan kunjungan ke Gaza, juga menyimpulkan Israel telah melakukan kejahatan perang ‘war crime’.

Di bagian lain, Presiden Lembaga Kemanusiaan IHH, Fahmi Bulent Yildirin telah membuka cabang di Gaza, dan acara pembukaannya dihadiri Menteri Kesehatan, Dr.Basem Naim serta anggota parlemen Jamal al-Khudari. Naim menyampaikan terima kasih kepada rakyat Turki, yang memberikan dukungan penuh kepada rakyat Palestina, yang menghadapi agresi militer Israel selama 23 hari, dan Ankara telah mendukung perjuangan rakyat Palestina. Selanjutnya, Dr.Naim ingin meningkatkan kerjasama ‘persaudaraan’, yang lebih kokoh antara rakyat Palestina dan Turki. ‘Hubungan persaudaraan’ ini diharapkan semakin meningkat di masa mendatang.

Yildirin sangat prihatin melihat kehancuran yang dialami rakyat muslim Gaza. Lembaga yang kemanusiaan yang dipimpin Yildirin, berjanji akan membantu pembangunan kembali wilayah Gaza,yang sudah menjadi korban agresi Israel. Presiden Lembaga Kemanusiaan IHH itu, merencanakan membangun rumah yang modern dan bear di Gaza. Lembaga IHH yang dipimpin oleh Yildirin, berjanji memberikan bantuan kepada tiap-tiap penduduk Gaza, yang rumah hancur akibat agresi militer Israel, sebesar 2000 dolar. (m/pic)

AS Menyangkal Telah Membunuh Warga Sipil

AFGHANISTAN (Arrahmah.com) - Militer AS menyangkal telah membunuh warga sipil dalam operasi militer mereka. Baru-baru ini, media Afghanistan memberitakan bahwa AS telah membunuh 25 warga sipil Afghan.

Kolonel Greg Julian, jurubicara AS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (21/1) bahwa mereka akan melakukan investigasi untuk membongkar "kebenaran" setelah media-media di Afghanistan memberitakan bahwa 25 warga sipil AS kembali dibunuh oleh tentara AS dalam operasi militernya.

Militer AS mengklaim, mereka yang tewas adalah para tentara anti-pemerintah (militan). 19 militan telah tewas dalam serangan udara AS di lembah Tagab, Provinsi Kapisa, 50 Km dari Utara Kabul.

"Tidak ada warga sipil yang tewas," ujar Julian.

Namun, saksi mata di sekitar wilayah tersebut menolak klaim AS. Mereka mengatakan, yang tewas adalah warga sipil biasa yang tidak memegang senjata.

Kematian Warga sipil

Tentara kafir di Afghanistan dan Hamid Karzai tengah berada dalam situasi "tegang" terkait meningkatnya kematian warga sipil Afghanistan selama operasi militer AS dan NATO di Afghanistan.

Kelompok HAM pada Rabu (21/1) mengatakan, tentara AS dan NATO bertanggungjawab atas tewasnya lebih dari 1.100 warga sipil Afghanistan di tahun lalu.

"Operasi militer AS dan NATO di Afghanistan pada tahun 2008 menewaskan sedikitnya 1.100 warga sipil, dan melukai lebih dari 2.800 lainnya. Lebih dari 80.000 orang kehilangan tempat tinggal."

Militer AS dan NATO tidak pernah berhasil membunuh mujahidin Afghanistan dalam serangan udara mereka. Mereka hanya mampu membunuh warga sipil, karena operasi militer yang dilakukan tidak dipersiapkan dengan matang. Mereka tidak mengetahui dengan pasti keberadaan para mujahidin.

Namun alat propaganda mereka selalu memberitakan keberhasilan AS dan NATO menewaskan mujahidin Afghanistan, padahal yang mereka bunuh tidak lain hanyalah warga sipil biasa. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Ismail Haniyah Aktifkan Kembali Pemerintahannya di Jalur Gaza


Pemerintahan Resmi Palestina yang dipimpin Ismail Haniyah di Jalur Gaza, menyatakan akan kembali melanjutkan tugasnya dan mengaktifkan departemen pemerintahan serta institusi sipil di Jalur Gaza mulai Rabu pagi ini (21/1). Jubir Pemerintah juga telah menyerukan kepada para pegawai dan masyarakat lainnya, dengan segala keterbatasan yang ada untuk kembali melanjutkan aktivitas di tempat kerja mereka. Langkah ini diambil demi keberlangsungan hidup warga Jalur Gaza, agar pemerintah bisa segera bertindak cepat untuk melakukan segala bentuk perbaikan di wilayahnya.

Seruan tersebut disambut baik oleh warga Gaza. Pihak kampus dan sekolah-sekolah yang berada di kota itu telah menyatakan kesiapannya untuk kembali melanjutkan aktivitas mengajar. Baik para pengajar dan anak didik, hari ini mereka semua sudah siap memulai hidup baru dengan aktivitas rutin seperti biasa.

Jumlah Syuhada Terus Bertambah

Selasa kemarin diberitakan, dua orang anak kecil di Timur Gaza syahid terkena ledakan sisa granat dari agresi Israel ke wilayah itu. Sedangkan syuhada lainnya, adalah seorang petani yang ditembak tentara Israel yang berada di Utara Jalur Gaza.

Dengan demikian, berdasarkan laporan pihak kedokteran Palestina, jumlah warga Gaza yang syahid hingga hari ini sebanyak 1317 orang, sebagian besar mereka adalah anak-anak dan perempuan. Adapun jumlah korban luka sebanyak 5340 orang, dengan data statistik 35% (1855 orang) diantaranya adalah anak-anak dan 15% (795 orang) perempuan. Pihak kedokteran juga menghimbau para warga, demi menghindari bertambahnya korban, agar menjauhi tempat-tempat yang diperkirakan ditanam bom ranjau oleh Israel sebelum mereka menarik diri dari Jalur Gaza.

Hingga saat ini tentara Isarel dikabarkan secara bertahap masih menarik pasukannnya dari Jalur Gaza, dan Selasa kemarin gelombang penarikan senjata berat dan pasukan darat dikabarkan berlangsung secara besar-besaran. Hari ini merupakan hari ke-4 penarikan keluar militer Israel, bersamaan dengan mulai diberlakukannya gencatan senjata yang diserukan Israel pada hari Sabtu lalu (16/1).

Dengan adanya gencatan senjata dan penarikan militer itu, penduduk Gaza kembali ke rumah-rumah mereka yang telah hancur di bom oleh Israel. Bersama para relawan kemanusiaan, mereka kemudian mencari korban-korban yang masih terbenam di balik puing-puing reruntuhan bangunan. Dalam hal ini Direktur urusan Ambulan Darurat, Muawiya Hassanein mengatakan, puluhan syuhada yang tewas dibalik reruntuhan kebanyakan mereka adalah para perempuan, anak-anak dan pria dewasa. Data PBB kemudian menyebutkan, sebanyak 50 puluh ribu warga Gaza kini hidup tanpa memiliki tempat tinggal.(SINAI/ALJ)

Hamas : Obama Jangan Seperti Bush

s mengingatkan presiden AS yang baru Barack Obama untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan pendahulunya George W. Bush. Hamas juga menyatakan bahwa Obama akan dinilai dari tindakan-tindakan yang dilakukannya.

"Kami akan menilai Obama lewat kebijakan-kebijakan dan tindakan-tindakan yang dilakukannya dan bagaimana ia belajar dari kesalahan yang dilakukan pemerintahan AS terdahulu, khususnya pemerintahan George W. Bush dengan kebijakan-kebijakanya yang jahat dan tidak adil," tukas Fawzi Barhum, juru bicara Hamas dalam keterangan pers di Gaza City.

Sementara itu, Kepala Biro Politik Hamas Khalid Misy 'al kembali menyerukan dunia internasional untuk memaksa Israel membuka blokadenya terhadap Jalur Gaza setelah Israel menyatakan gencatan senjata sepihak dan mundur dari wilayah itu.

"Pejuang Palestina telah memenangkan peperangan. Kemenangan yang sama dengan Hizbullah ketika menghadapi musuh yang sama tahun 2006. Kita sudah mencapai tujuan kita memaksa musuh menghentikan agresi dan mundur," tukas Misy 'al.

Namun ia mengingatkan para pejuang di Gaza untuk tetap waspada karena Israel adalah musuh yang licik dan licin dan pasti akan melakukan balas dendam.

Selain mendesak dunia internasional untuk memaksa Israel mencabut blokadenya, Misy 'al juga mengatakan bahwa sudah saatnya dunia internasional melakukan kontak dengan Hamas. Ia meminta negara-negara Arab dan Muslim yang telah berjanji memberikan bantuan untuk Gaza, agar memberikan bantuan itu pada Hamas sebagai pihak yang memiliki otoritas di Gaza atau negara-negara donor itu mengerjakan rekonstruksi langsung di Gaza.

Misy 'al menekankan hal tersebut, karena sejumlah negara seperti Mesir dan Arab Saudi enggan menyerahkan bantuan untuk Gaza melalui Hamas, tapi melalui pemerintahan Mahmoud Abbas di Tepi Barat.

"Negara-negara Arab dan Muslim yang telah menyatakan komitmen bantuannya untuk membangun kembali Jalur Gaza, harus menyalurkan bantuannya lewat pemerintahan yang sah di Gaza yaitu pemerintahan Ismail Haniyah, atau menangani rekonstruksinya secara langsung," kata Misy 'al.

"Negara-negara itu sebaiknya tidak menyalurkan bantuannya ke pemerintahan yang sudah kita kenal sebagai pemerintahan korup," sambung Misy 'al merujuk pada pemerintahan Mahmoud Abbas di Ramallah, Tepi Barat.

Negara-negara AS dan Eropa selama ini menuding Hamas sebagai kelompok teroris, sehingga mereka memboikot pemerintahan Hamas. Utusan tim Quartet-tim mediasi perdamaian Israel-Palestina-Tony Blair mengatakan bahwa tim Quartet akan melibatkan Hamas, jika Hamas menerima solusi dua-negara dalam konflik Israel-Palestina. Solusi yang tidak diterima Hamas. (ln/aby/YN)

Dokter Itu Telah Pergi

Hari itu, 27 Desember 2008, Dr. Ehab Jasir al-Shaer, bersama adik, paman, dan kedua keponakannya, pergi ke gedung administrasi lokal di Rafah, sebelah selatan Jalur Gaza. Mereka sendiri adalah warga Gaza dan sudah lama menetap di sana. Mereka berangkat pukul 10.00 pagi dan dengan rona wajah yang gembira. Jasir al-Shaer, 60, ayahanda dr. Ehab melepas kepergian anak, adik dan cucunya dengan perasaan biasa saja.

“Saya mengiringi kepergian mereka sambil duduk di sofa teras rumah." ujar Jasir, "Sekitar pukul 11.30, kami semua mendengar ledakan yang dahsyat di mana-mana. Saya seketika langsung berdiri, memburu gedung yang dituju anak saya. Di sana, di antara mayat-mayat yang bergelimpangan, saya menemukan mayat Ehab, adik dan cucu-cucu saya.”

Nancy Jouda, istri Dr. Ehab menambahkan dengan air mata yang berurai. “Suami saya selalu tersenyum kapan saja. Dia suami yang sangat ceria dan penuh perhatian. Itu yang saya ketahui sejak kami menikan tiga tahun lalu.”

“Yang membuat saya sangat terpukul,” ujar Nancy yang tengah mengandung , “bayi kami yang akan dilahirkan tak akan pernah melihat ayahnya.” Nancy sekarang menjadi janda dan ibu dari dua orang anak yang masih sangat kecil yang sudah kehilangan ayahnya.

Keluarga Jasir al-Shaer sudah menjadi pengungsi sejak tahun 1948 ketika mereka secara paksa diusir dari desa mereka, Karatiya—salah satu dari 450 desa milik warga Palestina yang sudah direbut oleh Israel.

Para pasien Dr. Ehab sangat sedih mendengar kematian Dr. Ehab., “Saya meneleponnya untuk sebuah pertemuan. Yang menerima telepon bukan Dr. Ehab, tapi saudaranya,” kenang Shirin, salah satu pasien Dr. Ehab. “Saya menangis tanpa henti.”

Dr. Ehab pertama kali membuka klinik di alun-alun kota Rafah pada tahun 2006 dan membuka praktik dermatologi. Hanya satu tahun, reputasinya sudah tersohor kemana-mana, sebagai dokter muda muslim yang penuh dedikasi. Dia pun membuka cabang kliniknya di kamp pengungsian Nuseirat di pusat kota Gaza. Dan ia melakukan itu tanpa mengharapkan bayaran materi. Jika tengah berpraktik, pasien berdatangan dari segala penjuru.

Sekarang klinik Dr. Ehab tak lagi beroperasi, membisu di antara tumpukan puing dan reruntuhan agresi Israel. Tak ada lagi pasien yang datang, tak ada lagi operasi bedah, tak ada lagi resep, dan tak ada lagi Dr. Ehab yang selalu tersenyum. (sa/imemc)

Jihad Abu Jbarah: "Ayahku Telah Pergi ke Surga"

arga itu tengah asyik menimakmati teh di sore hari. Abu Jbarah dan anak serta istrinya sekadar melepas penat setelah dikurung oleh ganasnya agresi Israel. Baru di kamp pengungsian itu mereka bisa beristirahat sejenak. Mereka mengumpulkan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh, karena di pusat Jalur Gaza cuaca tengah dingin.

Tiba-tiba dari udara, sebuah kapal tempur melesat cepat. Abu Jbarah dan empat orang anaknya belum sempat melihat kapal itu, namun detik berikutnya tubuh mereka hancur berkeping-keping. Pesawat tempur itu menghamburkan misil yang langsung menghajar rumah penampungan yang dipakai keluarga itu. Dua orang lainnya terluka parah. Ali Jbarah, salah satu anak Abu Jbarah, yang juga terluka parah, mengenang peristiwa itu.

Ali mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi Senin malam, beberapa hari yang lalu. "Kakak saya bahkan tengah bersiap meninabobokan anak perempuannya yang berumur 10 tahun. Ketika ia menuju kamar anak perempuannya itu, roket itu menghantam kami. Kakak saya langsung syahid, ia meninggalkan seorang seorang anak perempuan dan laki-laki." Ali mengenang, matanya berkaca-kaca.

Jbarah hanya salah satu dari keluarga yang tinggal di pengungsian itu. Di sana ada 18 orang dewasa dan 4 orang anak kecil. Keluarga Jihad yang terdiri dari Basel (21), Usama (30), dan Jihad ( 53 tahun) sang ayah, tubuhnya hancur berkeping saat itu juga, di depan mata si bungsu yang baru berumur 6 tahunan. "Ayahku telah pergi ke surga," ujarnya getir namun masih terdengar gagah, sambil berdiri di atas reruntuhan kayu yang dipakai duduk oleh almarhum ayah, kakak, dan pamannya. Kayu itu berserakan karena hantaman misil Israel.

Bassam al-Krunz, seorang pengungsi di Kamp al-Bureij, berkata, "Kami ini pendukung Fatah, tapi kamipun menjadi korban seperti ini. Saya tidak bsia membayangkan bagaimana saudara-saudara kami yang berhubungan dan mendukung Hamas." (sa/imemc)

Inaugurasi Obama, Masonic Bible, dan Obelisk Fir’aun

Hampir seluruh media massa dunia, cetak maupun elektronik, besar maupun kecil, memberitakan acara pelantikan Barrack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-44. Change, We Believe merupakan semboyan mistis yang diteriakkan Obama ketika berkampanye. Dan dunia kini menantikan, perubahan apa yang akan dibawanya.

Namun Tahukah Anda, ada banyak hal yang luput dari sorotan media seluruh dunia seputar inaugurasi Presiden Obama. Inilah sebagian kecil di antaranya:

Masonic Bible

Ketika mengucap sumpah menjadi Presiden AS, Obama memilih Injil yang sama yang digunakan oleh pendahulunya, Presiden Abraham Lincoln, saat dilantik pada tahun 1861 dan 1865. Padahal ketika Abraham Lincoln dilantik menjadi Presiden AS, dia menggunakan Masonic Bible. Ini berarti Obama juga mengucapkan sumpahnya di bawah naungan Masonic Bible (Injil Masonik). Injil Mason merupakan sebuah Injil yang telah diberi catatan kaki di sana-sini, bahkan melebihi ayat-ayat aslinya, yang keseluruhan catatan kakinya tersebut berpandangan Zionistik. Injil jenis ini juga memuat sejumlah ilustrasi berupa fragment sejarah kaum Yahudi, tentunya yang mendukung klaim Zionis-Yahudi atas Tanah Palestina.

Obelisk Fir’aun

Saat diambil sumpahnya, Obama—seperti semua Presiden AS ketika dilantik—berdiri di sebuah podium yang menghadap lurus ke sebuah obelisk yang menjulang tinggi. Obelisk tersebut bernama The Washington Monument. Tahukah Anda jika obelisk tersebut merupakan obelisk asli yang diambil dari Giza Mesir, warisan dari zaman Firaun. Sekarang ini, hanya ada tiga obelisk asli era Firaun: Pertama, didirikan di tengah lapangan Katedral Saint Peter di Vatikan, di mana setiap Paus baru yang dilantik dan diambil sumpahnya pasti menghadap obelisk tersebut (Peter Tomkins: The Magic of Obelisk; NY, 1982). Yang kedua, pada tahun 1881 dikirim ke Amerika dari Iskandariyah-Mesir dan ditempatkan di Central Park-NY. Dan obelisk yang ketiga, didirikan di Washington DC tepat di titik pertemuan White House dengan Gedung Capitol.

Obelisk sendiri merupakan simbolisasi nyala api yang mengarah ke atas, ke arah pemujaan terhadap Dewa Matahari (Helios atau Ra Goddes). Matahari merupakan tuhan tertinggi kaum pagan yang tetap lestari hingga kini. Sunday merupakan hari penyembahan terhadap Dewa Matahari, di mana sekarang diwarisi oleh kalangan Kristen di dalam menunaikan kebaktiannya. Padahal Nabi Isa a.s. selalu beribadah setiap hari dan tidak mengistimewakan hari Minggu. Sebab itu, Obelisk juga dimaksudkan sebagai penyembahan terjadap Dewa Matahari.

Obelisk yang berdiri di Washington DC ini sungguh menyimpan banyak simbol pagan Kabbalah berupa numerology yang diyakini memiliki daya magis tertentu bagi kaum Luciferian (Illuminaty). Di antaranya adalah:

  • Obelisk tersebut tersusun dari 36.000 blok batu granit. Angka 36 merupakan penjelmaan dari Triple 13, angka penting Kabbalah yang memiliki arti “The Extreme Rebellion” dan disucikan.
  • Berat puncak obelisk tepat 3.300 pounds. Angka 33 merupakan penjelmaan Triple 11, “The Twin Pillars”. Menara kembar WTC juga memiliki arti yang sama dengan angka 11. Ini merupakan simbol bagi gerbang atau pintu masuk Haikal Sulaiman.
  • Obelisk ini memuat 188 batu masonik yang khusus disumbangkan secara pribadi atau atas nama yayasan dan negara dari tokoh-tokoh Mason seluruh dunia. Selain itu terdapat 35 buah batu masonik yang masing-masing merupakan sumbangan khusus dari 35 Loji Mason (Masonic Lodge) seluruh dunia. Ke-35 batu mason ini tidak diletakkan di sembarang tempat, namun dikumpulkan di bagian khusus yang berada di ketinggian 330 kaki (Triple 11).
  • Jumlah total biaya untuk mendirikan Washington Monument ini dilaporkan menelan dana US$ 1.300.000. Angka ini sekali lagi menunjuk sebuah angka keramat Mason yakni 13.
  • Monumen ini dihiasi dengan jendela 8 buah. Angka 8 memiliki arti sebagai “The New Beginning”. Jendela-jendela tersebut bila dihitung keseluruhan luasnya maka akan didapat ukuran luas sebesar 39 kaki persegi (Triple 13).
  • Kabbalah sebagai dasar kepercayaan mistis kaum Zionis sangat mempercayai numerologi. Sebab itu, kaum Yahudi juga disebut sebagai kaum Geometrian. Semua ilmu sihir dunia berasal dari sini. Semua monumen dan gedung bersejarah, juga arsitektur kota Washington DC dibangun berdasarkan perhitungan geometrian ini.

Inaugurasi Presiden AS

Seluruh Presiden AS dilantik dan menjalankan roda pemerintahan dari Washington DC, yang ditetapkan sebagai Ibukota AS pada tahun 1790. Peletakan batu pertama Gedung Capitol dilakukan tiga tahun setelahnya. Seorang arsitek Perancis yang juga mantan tentara yang membantu Amerika menghadapi kolonialis Inggris bernama Pierre Charles L’Enfant merancang arsitektur kota ini pada 1791. L’Enfant merupakan seorang Mason.

Struktur federal paling tua di Washington DC adalah batu pertama yang ditanam di pondasi White House pada tanggal 13 Oktober 1792. Tanggal 13 Oktober merupakan tanggal dimulainya penumpasan Templar di Perancis. Adakah peletakan batu pertama pada pondasi White House merupakan sebuah memorial bagi Templar? Wallahu’alam.

Yang jelas, setiap inaugurasi Presiden AS selalu saja dikelilingi simbol-simbol Masonik yang dipercaya memiliki kekuatan magis. Obama merupakan Presiden AS ke-44 yang mewarisi ritual inaugurasi paganis seperti ini. Dan hal tersebut menandakan jika semboyan perubahan yang diusungnya sesungguhnya hanya merupakan slogan kosong, sama seperti ketika para tokoh Masonik Perancis meletuskan Revolusi Perancis di abad ke-18 dengan slogan-slogannya. Amerika di bawah Obama akan tetap menjadi Amerika yang Zionistik. Belive it or not. (Ridyasmara)

Israel Ancam Gaza Dengan Serangan Berikutnya

TEL AVIV (Arrahmah.com) - Israel mengancam akan melancarkan serangan baru untuk menghancurkan Gaza setelah melakukan invasi selama lebih dari tiga minggu di wilayah tersebut.

"Selama melakukan operasi militer, kami berhasil menghancurkan 150 terowongan di Gaza...dan akan terjadi lebih banyak lagi serangan," ujar Ehud Barak, Rabu (21/1).

Israel mengklaim berhasil melemahkan militer kelompok perlawanan dengan melancarkan ratusan serangan terhadap terowongan-terowongan di Gaza yang diyakini sebagai tempat untuk menyelundupkan senjata.

Namun penduduk Palestina menolak klaim Israel, mereka mengatakan terowongan-terowongan tersebut digunakan untuk menyelundupkan makanan dan kebutuhan mendasar rakyat Palestina di Gaza selama lebih dari 18 bulan mereka berada di bawah blokade Israel.

Walaupun Israel mengklaim telah menghancurkan 80 persen terowongan di Gaza selama invasinya, petinggi Hamas mengatakan "Operasi militer Israel tidak dapat menghancurkan industri pembuatan senjata yang tak terlihat."

Hamas juga mengatakan telah memiliki militer yang kuat. "Memproduksi senjata-senjata suci adalah tujuan kami." (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Situasi Gaza Sangat Kritis

GAZA (Arrahmah.com) - Setelah melakukan agresi biadab selama 23 hari di wilayah Gaza, akhirnya Israel menarik mundur seluruh pasukannya yang berada di wlayah Gaza.

Berikut ringkasan situasi di Gaza sepeninggal tentara zionis Israel :

Agresi biadab tentara zionis Israel memakan korban jiwa hingga mencapai angka lebih dari 1.340 dan melukai lebih dari 5.320 penduduk Gaza lainnya. 406 di antara korban gugur adalah anak-anak dan 106 lainnya adalah perempuan.

Listrik, Makanan dan Komunikasi

Operasi militer Israel memperburuk kehidupan penduduk Gaza setelah sebelumnya telah mengalami krisis akibat blokade yang dilakukan zionis Israel selama lebih dari 18 bulan.

Situasi krisis terutama dirasakan saat pendukung kehidupan tidak lagi berfungsi, salah satunya listrik. Padamnya listrik termasuk di rumah sakit-rumah sakit di Gaza membawa kesulitan tersendiri bagi tim medis dalam memberikan pertolongan kepada pasien.

Sekitar 40 perempuan tinggal dalam suatu ruangan dengan persediaan makanan yang tidak memadai ketika tempat berlindung mereka di UNRWA untuk pengungsi Palestina, menjadi santapan kebiadaban Israel, dan kini tempat tersebut hampir rata dengan tanah.

Toko roti

Hanya sedikit toko roti yang masih membuka usahanya di wilayah Gaza. Ratusan orang mengantri di depan toko roti yang masih buka sejak pagi hari. Pemandangan ini selalu terlihat setiap harinya.

Kebanyakan toko roti tutup karena ketiadaan bahan-bahan untuk membuat roti seperti tepung serta sulitnya mendapatkan gas, ini terjadi sejak zionis Israel melakukan blokade di Jalur Gaza.

Rumah sakit dan pengobatan

Rumah sakit dan fasilitas medis lainnya mengalami kekurangan obat dan persediaan medis lainnya.

Banyak dari wanita hamil melakukan persalinan tanpa adanya intervensi medis.

Bantuan yang sampai di Gaza sangat minim. Penduduk Gaza saling memberi satu sama lain termasuk mendonorkan darah, karena persediaan darah di seluruh fasilitas medis di Gaza tidak mencukupi.

Menurut laporan yang disampaikan Hamas, sedikitnya 5.000 rumah penduduk telah hancur, binasa dan 20.000 lainnya mengalami kerusakan selama Israel melakukan agresinya sejak 27 Desember silam. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Pesan dari Gaza Buat Obama


Pelantikan Barack Obama sebagai presiden ke-44 AS tinggal beberapa jam lagi. Meski Obama dengan terbuka menyatakan dukungan penuhnya pada Israel dan memilih bersikap diam melihat kekejaman Israel di Jalur Gaza, warga Gaza mengungkapkan harapannya pada presiden baru AS itu. Inilah ungkapan hati tiga orang warga Gaza pada Obama;

Mohammad al-Sharif, warga Gaza City, bekerja untuk sebuah lembaga non-pemerintah mengatakan warga Gaza hidup dalam situasi yang mengerikan dalam tiga pekan ini. "Pasukan Israel menjatuhkan bom-bom yang mengandung fosfor putih ke rumah-rumah kami, seperti yang di tayangan-tayangan tevisi," ujarnya.

Al-Sharif melanjutkan,"Dua minggu yang lalu, kami menyingkirkan kaca-kaca jendela karena kami khawatir pecahannya mengenai wajah kami. Kami tidur di sudut-sudut ruangan yang jauh dari jendela dan meletakkan anak perempuan kami yang berusia enam bulan di tengah-tengah kami agar aman."

"Kami hanya meninggalkan rumah untuk ke supermarket membeli kebutuhan kami. Kami meluangkan waktu menelpon teman-teman untuk memastikan mereka masih ada. Kami hanya bisa menikmati listrik selama dua jam sehari, setelah itu Anda akan merasa begitu terisolasi."

"Saya berharap presiden baru AS akan meluangkan lebih banyak waktu untuk memahami realitas perjuangan bangsa Arab menghadapi Israel. Dia (Obama) seharusnya tidak hanya melihat dari sisi pandang Israel saja, tapi juga harus memahami bahwa dia tidak bisa menghukum rakyat Palestina yang telah memutuskan pilihan," sambung al-Sharif.

"Saya tidak pro-Hamas, tapi Hamas telah memenangkan pemilu, pemilu yang sah. AS jangan mengisolasi rakyat yang telah memilih Hamas," tukas al-Sharif.

Ia menambahkan, Hamas telah terpilih secara demokratis dalam pemilu di Palestina, tapi Israel, AS dan banyak negara Barat menolak menerimanya hanya karena Hamas melakukan perlawanan terhadap penjajahan Israel.

"Anda tidak bisa mengubah keinginan rakyat dengan menjatuhkan bom-bom pada mereka. Presiden Obama akan melakukan hal-hal besar untuk rakyat Palestina dan saya percaya kemampuannya untuk memimpin AS. Tapi dalam masalah Palestina, tidak akan ada perubahan. Yang pertama menyewa Obama adalah Zionis dan Anda bisa melihat bagaimana hal itu bisa terjadi," tandas al-Sharif.

Warga Gaza lainnya, Abdurehman Shaath yang bekerja sebagai administrator kredit mengatakan,"George Bush adalah hal terburuk yang terjadi pada AS selama delapan tahun terakhir."

"Jika Anda berada dibawah penjajahan, Anda punya hak untuk mempertahankan diri. Apa yang harus disadari Obama adalah, apakah AS suka atau tidak suka, Hamas berkuasa di Gaza. Obama harus memahami bahwa rakyat Palestina punya hak untuk eksis dan kami berhak untuk bergerak atau melewati perbatasan," ujar Shaath.

"Jika kami tidak mendapatkan hak itu, maka akan ada perlawanan. Persoalan yang simpel," tukasnya.

Rami Almeghrahi, yang berprofesi sebagai wartawan dan tinggal di kamp pengungsi Megahzi mengatakan, AS terlibat dalam proses perdamaian Israel-Palestina, tapi kegagalan AS menerapkan solusi yang adil, telah memberi peluang pada kelompok-kelompok yang menentang proses perdamaian itu, misalnyanya kelompok Hamas

"Obama perlu memberikan perhatian pada akar persoalan konflik Israel-Palestina dan membuka kembali negosiasi berdasarkan pada legitimasi internasional dan memberikan solusinya-apakah solusi satu negara atau dua negara-sehingga konflik bisa cepat berakhir," kata Almeghrahi.

"Pesan saya pada Obama, dia harus lebih memberikan perhatian pada mereka yang menderita akibat konflik, dari kedua pihak, tapi dalam konflik ini rakyat Palestina lebih menderita dibandingkan orang-orang Israel," tukasnya. (ln/aljz)

Dibawah Obama, Palestina Tetap Menjadi Kambing Hitam

Masyarakat dunia seolah tersihir menyaksikan pelantikan presiden terpilih AS Barack Obama yang berlangsung di Gedung Capitol kemarin.

Dalam sekejap, masyarakat dunia seolah lupa dengan penderitaan yang menimpa rakyat Palestina di Jalur Gaza akibat kebiadaban Zionis Israel, sebuah pemerintahan yang oleh Obama disebut sebagai "sahabat" nya.

Yang menyedihkan lagi, Obama sama sekali tidak menyinggung bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza, apalagi mengecam sahabatnya, Israel. Bagi warga Gaza, Obama bukanlah siapa-siapa. Tak ada yang bisa diharapkan dari sosok presiden seperti Obama.

Khalil al-Attar, seorang pegawai negeri di Gaza mengatakan seperti presiden AS lainnya, Obama tidak akan mengubah kebijakan pro-Israel yang secara historis melekat pada negara AS. Biarbagaimanapun, kata Attar, Obama akan bertindak sejalan dengan kepentingan kelompok yang telah memilihnya, kelompok lobi Yahudi AS.

"Kepentingan-kepentingan itu sesuai dengan kepentingan rakyat Israel ... sedangkan rakyat Palestina, mereka akan selalu menjadi kambing hitam," ujar Attar.

Dukungan penuh Obama pada Israel, sudah ditunjukkannya selama masa kampanye presiden kemarin. Di hadapan AIPAC (American Israel Public Affairs Council), lobi Yahudi yang sangat berpengaruh di AS, Obama menyatakan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel "yang tidak bisa terbagi". Padahal dunia internasional pun tahu bahwa Yerusalem adalah kota Palestina yang dirampas Israel.

Janji Obama untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, hanya berpijak pada kepentingan Israel saja sementara kepentingan rakyat Palestina diabaikan.

Samih Zouhdi, pegawai bank di Gaza menyatakan tidak percaya Obama akan merealisasikan janji-janjinya. "Politik hanya memahami bahasa kepentingan dan kami (Palestina) tidak mewakili kepentingan AS," ujar Zouhdi.

Leila Khalil, seorang janda yang suaminya menjadi korban keganasan Israel di Jalur Gaza juga mengungkapkan ketidakpeduliannya pada Obama. "Pemimpin Amerika tidak akan bisa mengembalikan milik saya yang hilang, Obama tidak akan mengembalikan suami saya," tukasnya.

"Suami saya menjadi martir. Meninggalkan saya dan enam anak-anak yang harus saya nafkahi. Obama tidak akan mengembalikan rumah kami yang hancur oleh serangan Israel," sambungnya.

Zouhdi membenarkan ucapan Khalil. "Tak seorang pun presiden AS yang akan memberikan kompensasi atas kehilangan yang kami alami, tak akan menghidupkan kembali para martir, tak akan menyembuhkan mereka yang diamputasi atau membangun rumah-rumah kami kembali," tandas Zouhdi.

Leila Khalil menambahkan,"Kami bahkan sudah tidak bisa mengandalkan pimpinan negara-negara Arab, lantas apa yang kami harapkan dari presiden Amerika yang selalu mendukung Israel? Tak seorang pun peduli pada kami."

Pernyataan warga Gaza bisa dimaklumi. Sulit mempercayai perkataan Obama dalam pidatonya yang mengatakan akan membuka jalan baru bagi hubungan dengan dunia Islam berdasarkan saling menghormati dan saling menguntungkan, karena melihat kebiadaban Israel di Gaza saja, Obama tidak berani berkata apa-apa dan berlagak pilon. (ln/iol)

Obama Cari Sekutu Untuk Meneruskan Misi AS di Afghanistan

WASHINGTON (Arrahmah.com) — Obama, Presiden pertama AS dari kalangan kulit hitam berhasil menarik perhatian masyarakat internasional. Euforia Obama seperti bergema di berbagai penjuru dunia. Tak ketinggalan, sebagian ummat Islam pun ikut hanyut, menaruh harapan besar di pundak Presiden ke-44 AS ini.

Namun, sebagian ummat Islam lainnya sama sekali acuh bahkan tidak sudi berharap pada dirinya. Jika Obama menjadi pemimpin AS, apa untungnya buat ummat Islam? Apakah perangan terhadap Islam akan berhenti? Jawabannya, dapat dipastikan tidak!

Presiden Barack Obama, kini tengah mencari sekutu di regional melalui cara-cara diplomatik untuk menjalankan misinya di Afganistan. Saat ini, selain di Afganistan, desakan antimiliter Negara Paman Sam juga tengah berkembang di Pakistan.

Selain itu hanya enam dari tiga puluh enam anggota NATO yang merespon positif kebijakan AS untuk melanjutkan perang di AS. Mereka memilih menyelamatkan ekonomi dalam negeri mereka ketimbang mendanai perang.

Pemerintahan Obama berencana mengirimkan lagi puluhan ribu tentaranya ke Afghanistan, walaupun diragukan apakah hal tersebut akan benar-benar dilaksanakan atau hanya propaganda semata. Mengingat krisis ekonomi yang parah sedang menjangkiti negeri ini.

"Kami bakal mengerahkan semua elemen baik diplomasi, pembangunan, maupun pertahanan kepada semua pihak di Afganistan dan Pakistan," begitu kata Menteri Luar Negeri Hillary Clinton beberapa waktu lalu.

Pertahanan dan kekuatan mujahidin Afghanistan kini semakin meningkat. Sebagian besar wilayah Afghanistan telah dikuasai mereka, setiap harinya ada saja tentara kafir yang tewas di wilayah Afghanistan dan perbatasan Pakistan. Hal ini menjadikan Amerika geram, namun Amerika tak lagi memiliki cukup uang untuk mendanai nafsu perangnya. Hingga mereka mencari cara untuk melanjutkan misinya di Afghanistan, yaitu, mencari sekutu-sekutu baru. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Mujahidin Atau Israel Yang Menang?

GAZA (Arrahmah.com) – Setelah diberitakan berbagai media bahwa pasukan Israel seluruhnya telah keluar dari Gaza, nampaknya karena kesibukan penarikan pasukan, mereka meninggalkan persenjataan mereka yang telah hancur. Pertanyaannya : Apakah mujahidin atau Israel yang menang?

Di bawah ini dipaparkan beberapa poin penting sebagai bahan pertimbangan :

  1. Dari segi militer, mujahidin mengalami kemenangan. Tidak hanya sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, tetapi seluruh mujahidin dari semua kelompok mendapatkan kesuksesan besar di Palestina. Terjadi banyak kecelakaan yang tidak dilaporkan media-media kafir di kubu Israel dan banyak dari rencana operasi militer yang gagal dilakukan karena pertolongan Allah. Dengan kelemahan Hamas kini, di sana terdapat kemungkinan bahwa Mujahidin akan mengambil alih Gaza.
  2. Secara emosional, Mujahidin mengalami kemenangan. Dunia memperlihatkan kejahatan, kekejaman, kebrutalan, arogansi dan pembantaian massa seperti yang pernah dilakukan Nazi, dilakukan Israel kepada penduduk Gaza. Walaupun Israel dengan susah payah berusaha memperlihatkan kepada dunia bahwa mereka hanya menghantam targer-target mereka, mata dunia terlanjur telah melihat begitu banyak penderitaan rakyat Palestina di Gaza dan mengundang simpati. Dukungan public untuk Palestina mengalir deras yang datang dari Muslim dan non-muslim di seluruh dunia. Adakah peristiwa yang mengusik hati masyarakat dunia seperti peristiwa yang terjadi pada rakyat Palestina?
  3. Ini terikat dengan poin-poin di atas. Karena kampanye yang besar-besaran mengenai pendudukan Palestina di bulan-bulan yang lalu, banyak dari Muslim yang mempertanyakan tentang sesuatu yang mereka sebut dengan “dunia”. Untuk apa kita bekerja keras di dunia? Apakah kita akan mendapatkan kehidupan yang indah setelah dunia? Ataukah hanya akan mendapatkan kematian yang menyiksa? Melalui peristiwa ini, Allah menciptakan lebih banyak lagi mujahidin yang tidak pernah takut menghadapi kematian, apa yang dilakukan semata-mata berharap pada Riho Allah. Kita lihat saja apa yang terjadi di Afghanistan dan Irak. Itu hanyalah sebagian dari serangan mematikan, kemalangan untuk Amerika, Israel dan negeri-negeri Arab yang menyedihkan.
  4. Allah memperlihatkan kepada kita tentang Gaza, dengan sangat jelas, bahwa situasi mengerikan akan terus terjadi sampai rejim Arab akan dipindahkan dari wajah dunia. Itu adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk menjadikan Palestina yang stabil tanpa memiliki satu Negara yang stabil.
  5. Bagaimanapun, secara strategi, Israel menang. Itu dapat dilihat dunia, bagaimana mereka menumpahkan kebencian terhadap penduduk Palestina saat Amerika berada dalam masa transisi, saat Obama belum dilantik, dan semua dilakukan sampai detik-detik terakhir pelantikan Obama. Mereka berdalih di balik argumentasi bahwa perang yang mereka kobarkan semata-mata untuk membalaskan dendam atas serangan-serangan roket yang ditembakkan dari Palestina. Israel pun ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa dirinya adalah Negara yang memiliki kemiliteran yang kuat setelah Amerika Serikat. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Atheis Serang Muslim Via Iklan Bus

LONDON (Arrahmah.com) - Beberapa pengemudi bus menolak untuk mengendarai bus yang menampilkan sebuah iklan atheis bertuliskan, “ Mungkin Tuhan itu tidak ada, jadi berhentilah khawatir dan nikmati hidupmu” di sisi bus tersebut.

Seorang pengemudi asal Southampton di Hampshire merasa kaget sekaligus ngeri ketika hendak memulai jam kerjanya karena mendapati spanduk-spanduk di sisi bus yang biasa dia kendarai setiap harinya.

“Saya menjadi kaget dan ngeri di saat yang bersamaan”, pengemudi Ron Heather menuturkan kepada BBC. “Saya merasa saya tidak dapat mengendarai bus dengan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan di sisinya, jadi saya putuskan komplain kepada manajer saya, namun dia malah menyuruh saya pulang. Dan saya melakukannya.”

“Saya kira mereka yang mengatakan bahwa Tuhan tidak ada sangatlah bodoh."

Heather mengatakan dia akan melakukan apa saja asal tidak mengendarai bus yang menyinggung perasaan masyarakat. Setelah mengadakan perundingan dengan First Bus, perusahaan transportasi tempatnya bekerja, dia akhirnya setuju untuk kembali bekerja.

Namun tentu saja iklan tersebut menuai protes keras masyarakat terhadap atheis pada awal bulan lalu di Britania, meski mereka hingga saat ini terus mengembangkan bus-bus tersebut hingga ke Spanyol di salah satu kota yang mayoritas penduduknya adalah Katolik.

Bahkan beberapa bus juga menyinggung umat Muslim dengan menampilkan slogan bertuliskan, “Islam hanyalah sampah”, terpampang jelas di salah satu sisi bus.

Slogan-slogan penyerangan tersebut telah ditempel ke sekitar 800 bus di seluruh Britania dan jalur bawah tanah London yang juga didukung oleh Asosiasi Kemanusiaan Britania (BHA)

Iklan-iklan tersebut mendapat desakan keras dari masyarakat Italia dan Spanyol agar segera ditarik dari jalanan, dan meminta bukti perkataan mereka yang mengatakan Tuhan tidaklah ada.

Iklan tersebut merupakan gagasan seorang penulis komedi Ariane Sherine dan telah mendapatkan sumbangan berupa uang sebesar $ 267.000.

Sherine menyatakan gagasannya tersebut adalah salah satu bentuk ketidaksetujuannya akan iklan-iklan keagamaan yang mengatakan mereka yang tidak percaya adanya Tuhan akan mengalami penyiksaan di neraka.

Sherine, 28 tahun, berhasil mengumpulkan dana untuk iklan tersebut dan mendapatkan dukungan dari BHA dan seorang atheis Profesor Richard Dawkins. (Hanin Mazaya/SM)

Sekjen PBB: Israel Keterlaluan dan Tidak Bisa Diterima

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tak mampu berkata-kata melihat kehancuran yang terjadi di Jalur Gaza akibat agresi brutal Israel selama hampir tiga minggu ke wilayah Palestina itu. Ia hanya mengatakan "keterlaluan" dan "tidak bisa diterima" melihat dampak serangan Zionis ke kompleks PBB di Gaza dan meminta penyelidikan penuh atas serangan tersebut.

"Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan saya menyaksikan ini semua ... serangan terhadap PBB keterlaluan dan sama sekali tidak bisa diterima. Saya sudah protes berulang kali dan saya sekarang saya protes dengan lebih keras lagi," kata Ki-moon dalam kunjungannya ke Jalur Gaza kemarin.

Ia menegaskan bahwa PBB dan komunitas internasional akan mendukung dan membantu rakyat Gaza untuk keluar dari kesulitan dan bencana luar biasa yang telah dilakukan militer Zionis. Untuk itu, kata Ki-moon, PBB akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi untuk mengatur bantuan kemanusiaan dan membangun kembali Jalur Gaza.

Meski demikian, Ki-moon dengan hati-hati menyatakan bahwa tembakan-tembakan roket yang dilakukan pejuang Palestina ke wilayah Israel juga tidak bisa diterima. Ia menyerukan agar seluruh faksi di Palestina bersatu agar komunitas internasional termasuk PBB bisa memediasi kesepakatan damai permanen antara Israel dan Palestina.

Sayangnya, Ki-moon tidak menjadwalkan pertemuan dengan pihak Hamas di Jalur Gaza yang sebenarnya menjadi kunci bagi upaya perdamaian itu. Selama AS, Eropa dan masyarakat internasional masih memandang Hamas sebagai "kelompok teroris", padahal Hamas terbukti mendapat dukungan mayoritas rakyat Palestina dalam pemilu, akan sulit bagi PBB atau pihak manapun yang ingin memediasi perdamaian jika hanya perpijak pada kepentingan Israel dan tidak melibatkan Hamas.

Setelah meninjau Jalur Gaza, Ban Ki-moon akan berkunjung ke Sderot, di selatan Israel yang selama ini menjadi target roket-roket pejuang Palestina di Gaza. Ki-moon mengatakan bahwa dirinya sepenuhnya berkomitmen pada hak Israel untuk mengamankan wilayahnya sebagai bangsa berdasarkan perbatasan yang sudah disepakati. (ln/aljz)

Senin, 19 Januari 2009

Gencatan Senjata Tak Berarti Apa-apa

GAZA (Arrahmah.com) - Setelah 22 hari melakukan agresi biadab ke wilayah Gaza, tentara zionis Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak. Korban gugur telah mencapai bilangan lebih dari 1.300 nyawa, jumlah luka-luka pun mencapat lebih dari 5.300.

Setelah Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak, sejumlah faksi pejuang Palestina antara lain Hamas, Jihad Islam dan Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) menggelar pertemuan di Damaskus dan hasilnya, mereka menyatakan gencatan senjata selama satu minggu dengan syarat selama sepekan itu Israel sudah harus menarik seluruh pasukannya dari Jalur Gaza.

"Kami yang tergabung dalam gerakan perlawanan Palestina mengumumkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menuntut pasukan musuh mundur dalam jangka waktu satu minggu serta membuka semua perbatasan agar bantuan kemanusiaan dan kebutuhan dasar bisa masuk," kata Musa Abu Marzuk, salah satu pimpinan biro politik Hamas di Damaskus, Suriah hari Minggu (18/1) kemarin.

Hamas juga mengkritik pertemuan Mesir yang dihadiri sejumlah pimpinan negara Arab dan Eropa, diantaranya dari Mesir, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Turki dan Yordania. Ikut hadir dalam pertemuan tersebut, Pimpinan Liga Arab Amr Musa, Sekjend PBB Ban Ki-Moon dan Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Hamas menilai pertemuan itu tidak berbobot dan merupakan konspirasi besar untuk melemahkan kekuatan Hamas di Gaza. Pertemuan Mesir memang terkesan cuma basa-basi belaka atas krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza akibat ulah Israel, karena peserta pertemuan Mesir masih menunjukkan dukungannya pada Israel.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan mendukung Israel dan akan ke Israel untuk menyampaikan pesan dari hasil pertemuan itu. "Kami mendukung Israel dalam upayanya mempertahankan hak-hak dan keamanannya," kata Sarkozy.

"Meski demikian, jika tembakan roket (pejuang Palestina) sudah berhenti, Israel harus segera menarik pasukannya dari Gaza. Tidak ada solusi lain untuk mencapai perdamaian," sambung Sarkozy.

Sementara itu, merespon tuntutan Hamas, pihak Israel menyatakan tidak menentukan jadwal penarikan mundur pasukannya dari Jalur Gaza, sampai Hamas dan faksi pejuang Palestina menghentikan tembakan roket-roketnya.

"Maaf, Hamas tidak bisa memberikan batas waktu pada Israel untuk menarik pasukannya. Kami tidak akan menarik pasukan sampai kami memutuskan bahwa situasi sudah benar-benar aman di negara kami, sekarang masih belum aman karena Hamas masih menembakan roket-roketnya," kata juru bicara militer Israel, Avital Leibovich.

Jubir Israel itu menambahkan, militer Israel akan melakukan penilaian setiap hari terhadap situasi keamanan dan kita akan melihat apakah kita akan menuju ke arah situasi keamanan yang stabil atau kita harus melanjutkan operasi."

"Operasi militer belum berakhir. Ini cuma gencatan senjata," sambung Leibovich.

Agresi brutal Israel selama 22 hari ke Jalur Gaza, menimbulkan korban yang besar di pihak Palestina. Sekitar 1.300 warga Palestina, 410 diantaranya anak-anak gugur syahid dan 5.300 orang lainnya luka-luka. Di hari pertama Israel mengumumkan gencatan senjata, tim evakuasi menemukan sekitar 100 jenazah di bawah reruntuhan gedung-gedung yang hancur.

Menurut dokter Muawiya Hassanein dari layanan gawat darurat di Gaza selain anak-anak, korban syahid terdiri dari 109 orang perempuan, 113 warga lanjut usia, 14 paramedis dan empat jurnalis.

Lagi-lagi, pembantaian dilakukan, setelah itu perdamaian. Kemudian pembantaian lagi, lalu perdamaian lagi, Sampai berapa banyak korban harus berjatuhan, sementara tanah milik kaum Muslim itu masih tetap terjajah?

Sungguh sangat hina, bila umat Islam harus berdamai dengan Israel yang nota bene telah menjajah dan merampas tanah milik kaum Muslim sekaligus telah membunuh ribuan kaum Muslim. Juga sangat hina, bila para tentara Muslim di berbagai negeri Muslim yang memiliki persenjataan lengkap diam serta tidak menolong saudara mereka di Gaza, malah menyarankan berdamai.

Tentu saja saran berunding dengan penjajah, menujukkan hilangnya harga diri di tengah-tengah umat ini, setelah darah ribuan syuhada mengalir di tanah Gaza. Hal itu juga merupakan pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Seperti pesan yang disampaikan oleh seorang warga Gaza, persoalan yang menimpa Gaza bukan saja masalah makanan dan obat-obatan melainkan masalah kehormatan yang ingin terlepas dari penjajahan Israel.

"Ingat hal penting, kami tidak akan menyerah apapun yang terkorban kami, kami termasuk tanah ini, adalah jiwa kami dan tidak seorang pun yang bisa hidup tanpa jiwa," kata salah seorang warga Gaza di dalam pesannya. (Hanin Mazaya/bbs/arrahmah.com)

Tentara Israel Khawatirkan Aksi Balasan Bom Bunuh Diri

Sebagian tentara Israel menganggap pernyataan pemerintahnya bahwa mereka sudah memenangkan perang melawan "teroris" di Jalur Gaza, hanya sebuah ilusi. Sebagian dari mereka kini mengkhawatirkan aksi pembalasan yang akan dilakukan rakyat Palestian setelah agresi kejam militer mereka ke Gaza.

Yitzchak Ben Mocha, seorang tentara Israel pada surat kabar Guardian edisi Sabtu (17/1) mengatakan bahwa perang yang digelar militer Israel bukan perang untuk mempertahankan diri. Mocha adalah satu dari ratusan tentara Israel yang menolak perintah angkatan bersenjata Israel untuk ikut serta dalam agresi ke Gaza.

"Kami sedang menciptakan ribuan pelaku bunuh diri di masa depan, mereka adalah kerabat dari para korban. Dalam jangka panjang ... kami sedang menciptakan lebih banyak lagi teror," ujar Mocha, 25 tahun.

"Anda tidak bisa memisahkan perang di Gaza dari fakta bahwa bangsa Palestina sedang berada dibawah penjajahan lebih dari 40 tahun. Saya tidak membenarkan tembakan roket Hamas, tapi kitalah, orang-orang Israel yang pertama kali harus melihat apa yang sedang kita lakukan," papar Mocha.

Menurutnya, Israel telah menindas aspirasi rakyat Palestina yang menginginkan kemerdekaan dan mengabaikan protes para petani Palestina yang tanahnya dirampas oleh orang-orang Israel. Mocha juga mengatakan bahwa tentara-tentara Israel telah memperlakukan warga sipil di Gaza dengan sewenang-wenang dan mengakui bahwa tentara Israel memanfaatkan warga Palestina sebagai tameng hidup.

"Saya mengakui perlunya Israel memiliki pertahanan yang kuat, tapi saya tidak mau lagi terlibat dalam penjajahan yang sudah berlangsung selama 40 tahun," ujar Mocha.

"Saya bilang pada militer Israel, saya selalu siap untuk membela Israel. Tapi menyerang Gaza dan melakukan penjajahan, itu bukan membela Israel," sambungnya.

Tentara Israel yang menolak ikut serta dalam agresi di Jalur Gaza membentuk sebuah organisasi Courage to Refuse. Organisasi ini dalam iklannya di sebuah surat kabar mengatakan, pemerintah Israel sudah memberikan harapan palsu karena melakukan kekerasan justeru akan lebih membahayakan keamanan Israel.

"Kami tidak bisa berpihak, sementara ratusan warga sipil Palestina dibantai oleh angkatan bersenjata Israel," demikian pernyataan Courage to Refuse. (ln/iol)