Selasa, 03 Maret 2009

Konferensi Rekonstruksi Gaza, Siapa Yang Diuntungkan?

Konferensi negara-negara donor di Sharm al-Syaikh Mesir yang berakhir hari Senin malam menghasilkan komitmen bantuan sebesar 4,5 milyar dollar untuk rekonstruksi Gaza dan menyerukan Israel agar membuka semua perbatasan Gaza tanpa syarat.

Menlu Mesir Ahmed Abul Gheit dalam keterangannya usai konferensi menyatakan bahwa bantuan itu merupakan dana tambahan dari komitmen bantuan yang sudah ada sebelumnya dan akan dicairkan dalam jangka dua tahun kedepan.

Negara-negara yang hadir dalam konferensi donor antara lain AS memberikan komitmen bantuan dana sebesar 900 juta dollar yang akan dibagi menjadi 300 juta dollar untuk bantuan rekonstruksi Gaza dan 600 juta dollar untuk pemerintahan Mahmoud Abbas. AS yang diwakili oleh Menlu Hilary Clinton menegaskan bahwa tidak boleh ada dana dari AS yang diberikan pada Hamas.

Komisi Eropa menyatakan komitmen bantuan sebesar 554,1 juta dollar untuk rekonstruksi Gaza dan untuk oritas Palestina pimpinan Abbas. Arab Saudi memberikan bantuan sebesar 1 milyar dollar, Qatar sebesar 250 juta dollar, Uni Emirat Arab sebesar 174 dollar dan Inggris sebesar 43 juta dollar. Jepang, Italia dan Turki juga sudah menyatakan komitmen bantuannya untuk rekonstruksi Gaza dan untuk otoritas pemerintah Palestina.

Agresi brutal Israel selama 22 hari ke Jalur Gaza bulan Januari kemarin menyebabkan 1.300 warga sipil Palestina gugur syahid dan 5.450 orang lainnya luka-luka. Biro Pusat Statistik Palestina menyatakan, agresi brutal itu juga menyebabkan 4.100 rumah hancur total dan 17.000 rumah lainnya rusak berat. Sekitar 1.500 pabrik, 30 masjid, 31 gedung pemerintahan dan 10 saluran air serta pengolahan limbah juga hancur.

Siapa Yang Diuntungkan?

Otoritas pemerintah Palestina pimpinan Mahmud Abbas menjadi pihak yang paling diuntungkan dengan penyelenggaraan konferensi negara-negara donor di Sharm al-Syaikh, karena berhasil mendapatkan dana yang besar untuk memperkuat pemerintahannya. Sementara Hamas, yang memegang kendali di Gaza sama sekali tidak dilibatkan dalam konferensi tersebut.

Dari komitmen bantuan 4,5 milyar dollar yang dihasilkan dari konferensi itu, sebagian dana disalurkan untuk pemerintahan Mahmud Abbas, pihak yang sebenarnya tidak terlibat langsung dalam peperangan melawan agresi Zionis Israel di Gaza bulan Januari kemarin. Dari seluruh dana itu, kemungkinan hanya sebagian kecil saja yang akan digunakan untuk rekonstruksi Gaza. Salam Fayyad, perdana menteri Palestina yang ditunjuk Abbas untuk mendisain rekonstruksi Gaza menyatakan cuma membutuhkan 2,8 milyar dollar untuk pembangunan kembali Jalur Gaza. Sisanya, masuk ke pundi-pundi pemerintahan Abbas dari Fatah yang selama ini dikenal korup.

Warga Gaza saat ini sulit mendapatkan bahan-bahan bangunan untuk membangun kembali rumah-rumah mereka. Sejauh ini, belum jelas bagaimana rekonstruksi Gaza akan dilakukan sementara perbatasan masih diblokade Israel dan Hamas sama sekali tidak dilibatkan.

Pertanyaannya, siapa yang bisa menjamin bahwa bantuan itu bisa sampai ke tangan warga Gaza, jika seluruh bantuan diberikan melalui otoritas pemerintahan Palestina yang berbasis di Tepi Barat, dan bukan pada Hamas yang selama ini memegang kontrol di Gaza. Di sisi lain, Israel sudah menyatakan akan menolak proyek pembangunan Gaza jika proyek tersebut akan menguntungkan posisi Hamas di wilayah itu.

Meski demikian, Hamas menyatakan siap melakukan rekonstruksi Gaza dengan kemampuan mereka sendiri. "Kami menyambut siapa saja yang ingin membantu membangun kembali Gaza, tapi tanpa persyaratan politik terhadap Hamas atau pada rakyata Palestina," kata Usamah Hamdan, pejabat Hamas di Beirut.

Perbatasan

Selain menghasilkan komitmen bantuan, konferensi negara donor di Mesir juga mendesak Israel agar membuka seluruh perbatasan di Gaza tanpa syarat.

Masalah pembukaan perbatasan menjadi penting karena jika masih diblokade, akan menghambat kelancaran bantuan kemanusiaan dan bahan-bahan bangunan yang akan digunakan untuk membangun kembali Jalur Gaza.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon sudah menegaskan bahwa sikap Israel yang masih menutup semua perbatasan tidak bisa ditoleransi, namun ia tidak menentukan langkah apa yang akan diambil PBB untuk menekan Israel.

Mesir salah satu negara yang juga menolak membuka penuh perbatasan Rafah, satu-satunya pintu gerbang ke Gaza yang tidak dikelola Israel. Lucunya, dalam konferensi donor kemarin, Menlu Mesir mendesak agar Israel membuka semua perbatasan sementara negaranya sendiri menolak membuka perbatasan Rafah.

Tony Blair, utusan tim kwartet-tim mediasi perdamaian Israel-Palestina, juga mendesak Israel agar membuka semua perbatasan dengan Gaza. "Blokade terhadap warga Gaza tidak ada gunanya. Saya pikir, kita harus mengubah strategi untuk masalah Gaza," kata Blair pada para wartawan saat berkunjung ke Gaza, tanpa menyebutkan lebih lanjut strategi apa yang ia maksud.

Tidak ada komentar: