Selasa, 06 Januari 2009

Muslim Belanda Menjadi Walikota Rotterdam

Ahmed Aboutaleb, hari Senin kemarin diambil sumpahnya sebagai walikota Rotterdam, kota kedua terbesar di Negeri Kincir Angin, Belanda. Ia adalah seorang Muslim Belanda keturunan Maroko yang berhasil memenangkah pemilihan walikota Rotterdam bulan Oktober 2008 kemarin.

"Banyak orang merasa tidak yakin dengan perubahan yang bisa terjadi di dunia. Kota ini berkembang pesat dibawah pendahulu saya. Rotterdam menjadi kota yang lebih aman dan warga kota ini bisa merasakannya," kata Aboutaleb,47, dalam pidato pertamanya di depan publik setelah upacara pelantikan.

Pada kesempatan itu, ia menyayangkan pihak-pihak yang masih mempertanyakan loyalitasnya pada Belanda karena ia memiliki dua kewarganegaraan. "Saya sudah memilih Belanda secara fisik dan mental," tegasnya.

Aboutaleb lahir di Beni Sidel, Maroko tahun 1961 dan berimigrasi ke Belanda pada usia 14 tahun. Ia pernah bekerja sebagai wartawan dan pernah menjadi juru bicara seorang menteri di Belanda sebelum bekerja sebagai anggota dewan kota Amsterdam dan dewan kota The Hague.

Tahun 1998, Aboutaleb menjadi direktur organisasi Forum, institusi yang mengurusi persoalan multikultural di Belanda. Upayanya meredam ketegangan anti-Muslim setelah insiden terbunuhnya sutradara film Belanda Theo van Gogh, mendapat pujian. Van Gogh ditikam oleh seorang pemuda Belanda keturunan Maroko gara-gara filmnya yang dianggap melecehkan Islam.

Karirnya di partai politik terus bersinar. Aboutaleb yang aktif di Partai Buruh terpilih sebagai menteri sosial pada tahun 2007, pada masa Perdana Menteri Jan Peter Balkenede. Terpilihnya Aboutaleb dalam jajaran kabinet Balkenede disambut dengan antusias oleh Muslim Belanda yang berjumlah satu juta orang dari 16 juta total populasi penduduk Negeri Kincir Angin itu.

Setelah terpilih sebagai walikota Rotterdam, Aboutaleb berjanji akan mengembangkan sikap toleransi dan kerjasama antara seluruh elemen masyarakat. Menurutnya, rasa saling percaya hal yang paling penting untuk membangun persatuan di kalangan masyarakat. Ia juga berjanji akan bersikap terbuka dalam perdebatan-perdebatan yang menyangkut hubungan antara Muslim dan non-Muslim di Belanda.

"Gereja-gereja lenyap, masjid-masjid muncul. Ini membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Kita tidak boleh memanfaatkan situasi ketakutan dan ketidakpastian ini, saya tidak akan melakukan hal itu," ujarnya. (ln/iol)

Tidak ada komentar: