Minggu, 04 Januari 2009

Peran Arab Dalam Pembantaian Gaza

Mihna Habil

Ratusan tubuh yang berserakan dengan kondisi sangat menyedihkan, bergelimpangan diantara puing-puing bangunan yang porak-poranda akibat gempuran roket-roket Israel Sabtu pagi (27/12/08). Sore hari sebelumnya, manlu Israel, Tzipi Livni di Kairo, ibu kota Mesir mengatakan, Tel Aviv memutuskan untuk membumi hanguskan Gaza.

Pertanyaannya, dimanakah posisi para menlu Arab saat itu ??. Tentu mereka telah berupaya menasehati Israel agar melakukan gencatan senjata, mungkin…?

Tetapi kenyataanya membuktikan, para pemimpin Arab telah memayungi kejahatan Israel ini secara jelas dan terang-terangan. Ini adalah bukti yang tidak bisa dibantah lagi jauh-jauh hari, sejak konflik Arab-Israel itu terjadi.

Kenyataan ini bisa dibaca sejak pertemuan Annapolis pada Nopember 2007 yang lalu. Kesepakatan-kesepakatan mereka tidak bisa ditutup-tutupi. Program-programnya sangat jelas mengarah pada pemberangusan gerakan Hamas yang telah memimpin Palestina sejak Juni 2006 lalu melalui pemilu jurdil dan transfaran. Kesepakatan Annapolis ini merupakan keputusan Israel-Amerika untuk mengikat pemerintah Arab agar mau melakukan kesepakatan tersebut. Akan tetapi perjanjian itu tidak mesti dilakukan setiap saat, hanya bersifat alternative saja bagi sebagian Negara Arab itu, kenapa ??

Karena apa yang terjadi di Gaza saat ini, atau sebelum adanya proyek perlawanan terhadap Israel dalam program pembebasan wilayah Palestina dari jajahan Israel, melalui paham pemikiran atau persatuan Negara Arab terkait proyek akhir perdamaian, sejumlah pemimpin Arab merasakan bahwa mereka tidak akan bisa eksis bila Israel tidak ada. Kenyataan ini belum terekspos ke dunia, namun dalam kasat mata tindakan-tindakan mereka mencerminkan kekhawatiran tersebut. Seperti proyek politik dan program-program mereka untuk meyakinkan kepada rakyatnya bahwa Israel adalah entitas yang sangat penting bagi bagi dunia Arab. Israel adalah poros dalam membina kerja sama di dunia internasional, dalam bidang dialog, normalisasi ekonomi atau dalam rangka menghadapi proyek penjajahan Iran. Kehadiran Israel dimanfaatkan juga dalam membantu Negara Arab sendiri untuk membebaskan tanggung jawabnya atas pemberangusan terhadap kelompok-kelompok yang selama ini anti pemerintahan Arab.

Dari sini kita paham, apa yang terjadi saat ini atau yang akan terjadi kemudian adalah murni keputusan Negara Arab secara resmi. Mereka telah ikut ambil bagian dalam penganiayaan terhadap Palestina. Mereka tidaklah terpaksa atau lemah dalam posisi ini. Kalaulah kita tampilkan pernyataan-pernyataan mereka terhadap Hamas, baik dari gerakan pemutihan pada Juni 2007 ataupun yang lainya, kita akan menemukan bahwa mereka menentang gerakan Hamas, bahkan mereka telah berkoalisi dengan pihak Oslo pimpinan Abbas yang berupaya menjatuhkan usaha rekonsiliasi nasional dari pihak Hamas. Karena mereka tidak suka dengan proyek perlawanan yang diusung Hamas.

Adapun kesepakatan untuk menjatuhkan Gaza, mereka menyangka dengan memberlakukan blockade terhadap Gaza akan dapat menguasai rakyatnya. Dari sini terlihat pemerintah Mesir, pimpinan Husni Mubarak sangat berkepentingan untuk melanggengkan blockade ini, sambil melakukan propaganda untuk memperoleh simpati rakyat Gaza dan Palestina, dan bukan dari Hamas.

Walau sejumlah kesempatan untuk merealisasikan pedamaian yang legal yang dapat membebaskan rakyat Gaza dari blockade yang telah membunuhnya secara perlahan ada, namun pihak Mesir dan beberapa konconya dari para pemimpin Arab, tidak juga melakukanya. Bahkan mereka berupaya untuk menghalang-halangi setiap kesempatan yang dapat menjamin terrealisasinya sebagian hak-hak Gaza itu.

Semakin jelas, apa yang terjadi saat ini merupakan realisasi dari sejumlah kesepakatan dengan Tel Aviv untuk memaksan Hamas menyerah dalam masalah ini. Terutama terkait prinsif-prinsif dasar bagi kepentingan Zionis. Hal ini bisa terlihat dari upaya Mesir dan Arab untuk menjatuhkan konsep pertukaran serdadu Giladh Shalit yang diajukan Hamas.

Hal ini semakin nampak, ketika Direktur intelijen Mesir, Umar Sulaiman yang menyatakan kepada Israel, beberapa hari yang lalu, bahwa Mubarak tidak kurang semangatnya dalam membasmi pemerintahan Gaza, dari pada Tel Aviv sendiri.

Akan tetapi blockade semakin meningkatkan perhatian dunia internasional. Situasi ini tentunya semakin menyulitkan negara Arab untuk melanggengkan blockade. Apalagi adanya dorongan dari rakyat Arab yang semakin meningkat untuk menghapuskan blockade tersebut. Padahal Negara Arab ini telah mengumumkan keberpihaknya kepada pemerintahan Abbas dan kelompok keamananya yang menentang Gaza. Maka merekpuna merestui blockade, tetapi tidak berlanjut. Walau apa yang terjadi di lapangan begitu nampak keberpihakannya, melalui kerja sama keamanan dan provokasinya terhadap Gaza, namun tak urung mereka begitu murka kepada pihak-pihak yang berupaya menolong Gaza meski dalam urusan kemanusiaan.

Namun ternyata, pihak keamanan atau pihak yang berada di lapangan telah gagal dalam menjauhkan Hamas dari Gaza atau menjauhkan rakyat Palestina dari Hamas. Oleh karena itu Tel Aviv mengumumkan untuk membumi hanguskan Gaza.

Kalau kita cermati wajah, Yasir Abdu Rabbih yang berbicara tentang apa yang terjadi saat ini di Gaza, kita akan menemukan tersirat kebahagiaan menyelimuti dirinya, walau ia berusaha menyembunyikanya. Bahkan pernyataan Tayib Abdurrahmim (penasehat Abbas) menyusul serangan Israel ke Gaza mengatakan, “Pemerintahan Oslo akan berkuasa kembali di Gaza. Warga Gaza diharapkan bersabar. Pernyataan ini menunjukan bahwa mereka bekerja sama dalam upayanya membumi hanguskan Gaza, baik di lapangan maupun di tataran setrategi.

Cukuplah bagi kita mendengar pernyataan salah seorang pejabat penting Israel, beberapa saat setelah penyeranganya ke Gaza. Ia mengatakan, “Kami telah mengemukakan rencananya kepada sejumlah Negara Arab dan Barat, sebelum kami memutuskan untuk menyerang Gaza”. Pernyataan ini diungkapkankanya ditengah aksi pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza dan disaksikan mata dunia. Seolah-oleh Tel Aviv menyatakan, kami tidak sendirian dalam membantai rakyat Palestina, walau sebagian nurani menolaknya. (asy)

Tidak ada komentar: